- Back to Home »
- Photography »
- Photoraphy Jurnalistik
Posted by : Reyn
Senin, 05 Mei 2014
Di Dunia
Fotography ada bermacam - macam jenisnya "Genre"
dan saya akan
membahas beberapa..
~
Jurnalistik~
Sebuah uraian
tentang Fotografi Jurnalistik secara lebih detil dikemukakan oleh Frank P. Hoy
dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Universitas
Arizona Amerika Serikat mengupas tentang Karakter Foto Jurnalistik yang telah
diuraikan dalam bukunya berjudul “Photo Jurnalism The Visual Approach” seperti
berikut ini :
.
Foto Jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Communication
Photography). Suatu komunikasi yang dilakukan akanmengekspresikan
pandangan wartawan foto terhadap suatu obyek, tetapi pesan yang disampaikan
bukan merupakan ekspresi pribadi.
.
Mediun Foto Jurnalistik adalah media cetak Koran atau majalah danmedia
kabel atausatelit termasuk internet seperti kantorberita (Wire Services).
.
Kegiatan Foto Jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
.
Foto Jurnalistik adalah paduan antara foto dan feks foto.
.
Foto Jurnalistik mengacu pada manusia, manusia adalah subyek dan
sekaligus sebagai pembaca foto jurnalistik.
.
Foto Jurnalistik adalah komunikasi dengan orang bayak (Mass Audiences),
ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima
orang yang beraneka ragam.
.
Foto Jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
Tujuan Foto
Jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada
sesame, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers
Fungsi jurnalistik :
• menyiarkan informasi
• mendidik
• menghibur
• mempengaruhi
• menyiarkan informasi
• mendidik
• menghibur
• mempengaruhi
Ciri-ciri surat kabar
dan majalah :
• Universalitas
• Aktualitas
• Periodisitas
• Publisitas
• Universalitas
• Aktualitas
• Periodisitas
• Publisitas
Fotografi oleh pers
disebut jurnalistik foto (Journalism Photography), dan foto-foto yang
dihasilkan untuk Pemberitaan disebut foto berita (press foto atau news foto).
Jenis-Jenis Foto Jurnalistik
Spot news photo —foto
yang diambil secara spontan, insidential, tanpa perencanaan, seperti foto
bencana dan kecelakaan
General news photo
–foto kejadian terencana, seperti foto pertandingan olahraga, peresmian,
konser, dll.
Feature Photo –foto yang mendukung
suatu berita atau artikel.
Essay Photo –kumpulan foto yang
dapat “bercerita”.
Singe Picture –foto tunggal yang
melengkapi sebuah artikel/berita.
Photo Story/Photo Esay
–lebih dari satu foto yang “bercerita”, misalnya tentang kehidupan anak
jalanan.
People in The News
Photo–foto tentang orang/tokoh dalam suatu berita, misalnya foto presiden dalam
sebuah acara.
Daily Life Photo –foto
tentang kehidupan sehari-hari yang mengandung ketertarikan manusiawai (human
interest), misalnya foto tukang sol sepatu, foto pengemis renta, dll.
Potrait –foto yang
menampilkan wajah orang secara close up –mirip pasfoto KTP atau foto profile di
Facebook.
Sport Photo –foto peristiwa
olahraga.
Science and Technology
Photo –foto peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
misalnya foto-foto kedokteran, penemuan teknologi baru, dll.
Art and Culture Photo –foto yang dibuat dari pertunjukan seni
dan budaya.
Social and Environment –foto tentang kehidupan masyarakat serta
lingkungan hidupnya, misalnya foto penduduk sekitar TPA Sampah dan kegiatannya.
Jenis Fotografi (Umum)
Landscape –objek
pemandangan.
Macro –objek utama
benda-benda yang kecil, seperti semut, bunga, dll.
Panning –objek utamanya benda bergerak,
seperti pemain yang belari, laju kendaraan, dll.
Night Shot –diambil pada malam hari.
Human Interest –foto
yang menggugah emosi atau menyentuh perasaan, misalnya foto pengemis, kuli
bangunan yang renta, dll.
Still Life –objek
benda-benda di sekitar kita, misalnya buku di meja, gantungan kunci, mainan
anak-anak, dll.
Kode Etik Jurnalistik Foto
Fotografer juga
memiliki kode etik, misalnya etika foto jurnalistik (Photojournalism ethics)
versi jprof.com, antara lain tidak boleh ada rekayasa atau berbohong (Pictures
don’t lie) dan jangan mengubah gambar.
Jurnalis foto juga
harus peka terhadap situasi dan orang-orang yang sedang bersedih, situasi
kematian, mempermalukan seseorang, mencemarkan nama kelompok, seksualitas,
serta merugikan harkat, martabat, derajat, nama baik serta perasaan susila
seseorang.
Secara umum,
jurnalistik foto harus mematuhi kode etik jurnalistik, seperti menghormati hak
masyarakat untuk memperolah informasi yang benar, menempuh tata cara yang etis,
tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta
tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila, tidak menerima suap, dan
tidak menyalahgunakan profesi, serta segera mencabut dan meralat
kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab. (Disusun oleh: Pery
Mesquita)
1. Momen
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam fotografi jurnalistik yaitu momen. Ya, dalam dunia jurnalistik, suatu momen itu tidak bisa diulang kembali. Jadi, jika kita melewatkannya sedetik saja bisa-bisa momen tersebut akan hilang. Berbeda dengan fotografer model yang bisa menciptakan momennya sendiri, bahkan mengutak-atiknya sesuka hati.
Bagaimana caranya supaya momen berhasil kita rekam? Pertama, kita harus fokus, tidak boleh lengah, dan peka terhadap keadaan sekitar. Jika memakai kamera SLR/ DSLR, format kamera dengan shutter speed tinggi dan menggunakan high-continues shoot. Jika menggunakan kamera saku atau kamera ponsel, kembali lagi, kita harus fokus, tidak boleh lengah dan peka terhadap informasi dari keadaan sekitar.
2. Angle
Yang kedua adalah angle atau sudut pengambilan gambar. Jika Sobat telah menemukan momen, coba perhatikan angle-nya. Hal ini sangat penting untuk memberikan persepsi tersendiri. Satu objek yang sama, namun jika dipotret dari beberapa angle berbeda maka akan terlihat beda pula.
Menguasai sudut pengambilan gambar juga tidak rumit. Angle dibagi tiga; High, di mana kita memotret dari sebelah atas objek, Medium, di mana kita memotret sejajar dengan objek, dan Low, di mana kita memotret lebih rendah dari objek. Tidak rumit 'kan?
3. Komposisi
Setelah itu ada "komposisi" yang berperan untuk "merapikan" gambar. Jika sebuah objek dipotret tapi komposisinya berantakan, kita akan sulit mengerti apa tujuan si fotografer memotret objek tersebut.
Biasanya, fotografer profesional menggunakan "aturan ketiga" atau bahasa populernya adalah rule of third. Rule of third adalah saat di mana kita ingin memotret, bayangkan foto itu dibagi oleh garis menjadi 9 kotak berbeda namun dalam satu kotak besar. Biasanya, objek ditempatkan di titik titik-titik temu antar garis. Memang sedikit rumit, namun foto kita akan terlihat lebih menarik dan tidak flat.
4. Pencahayaan
Yang terakhir adalah lighting atau pencahayaan. Fotografi memang seni menangkap cahaya. Jika kita sudah menemukan momen, menentukan angle terbaik, dan sudah mengukur komposisi, tapi kalau pencahayaannya kurang tentu foto yang dihasilkan akan berwarna hitam semua. Demikian sebaliknya, jika pencahayaannya berlebihan, hasil fotonya justru hanya akan berwarna putih semua. Jadi, kita harus pandai menyiasati pencahayaan.
Segitiga pencahayaan (exposure) juga harus diperhatikan, yaitu Kecepatan Rana (Shutter speed), Bukaan Diafragma (Aperture) dan ISO. Pemakai SLR/DSLR mungkin bisa dengan mudah mengatur exposure di kameranya. Ditambah dengan adanya lampu flash internal yang ada di kamera, maupun membeli flash eksternal yang tentu dengan biaya tambahan yang lebih mahal.
Untuk pengguna kamera saku, justru lebih dimudahkan dengan tidak adanya hal-hal di atas, karena semua hal teknis tentang pencahayaan sudah otomatis diatur oleh kamera. Pengguna ponsel juga sekarang dimudahkan dengan ditambahkannya fitur lampu flash untuk beberapa tipe ponsel tertentu. Tentu kita tidak perlu bersusah payah lagi untuk memotret jurnalistik.
Keempat komponen itu memang harus diperhatikan. Akan tetapi, jika kita tidak dapat mengambil keempatnya sekaligus, disarankan mengambil "safe shot" untuk mengambil momen terlebih dahulu agar aman. Setelah mendapatkan safe shot, baru kemudian mengambil "better shot" yaitu foto yang lebih baik dari safe shot. Bukan berarti safe shot merupakan foto yang kurang baik atau asal-asalan. Safe shot tetap foto yang bagus dan dapat digunakan sebagai cadangan jika kita tidak bisa mendapatkan better shot .
Sekian tips memotret jurnalistik ala Redaktur Foto ROL Mohammad Amin Madani. Semoga bermanfaat untuk Sobat sekalian yang ingin menjadi jurnalis foto atau yang ingin menjadi citizens journalist.