Archive for Mei 2014
Beberapa istilah dalam Photography
By : Reyn
· APS: Advanced Photo System
· DIL : Drop in Loading
· CID : Cartridge Identification number
· FID : Film strip Identification number
· USC : Uniform Sigma Crystal/kristal
sigma seragam
· Kristal sigma : Butir-butir perak
halida
· AFS : Auto Focus Silent Wave Motor
· AFD : Auto Focus Distance Information
· DIR : Development Inhibitor Releaser
· SPD : Silicon Photo Diode
· LCD : Liquid Crystal Display
· LED : Light Emitting Diode, lampu
· ISO/ASA : Derajat sensitivitas film
· ISO : International Standart
Organization
· ASA : American Standart Association
· DIN : Deutsche Industry Norm
· NiMH : Nikel Metal Hydride
· NiCd : Nikel Cadmium
· DRAM : Data Random Acces Memory
· RISC : Reduce Intruction Set Computer
· CCD : Charge Couple Device (pada kamera
digital)
· CPL : Circular Polarizing
· USM : Ultrasonic motor
· ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem
pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat
besar
· SLR : single Lens Reflek, kamera lensa
tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
· TLR : Twin lens Refleks, kamera yang
menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya utnuk meneruskan cahaya ke
film
· Lens Mount : Dudukan lensa
· MF : Manual Fokus
· AF : Auto Fokus
· Fps : Frame per second:, satuan kecepatan
pengambilan gambar dalam gambar perdetik
· DOF : Depth of Field; ruang tajam, merupakan
jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, bergantung pada: diafragma,
panjang lensa dan jarak objek
· GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz
merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma
· AR Range : Tingkat terang cahaya dimana
system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV
· EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample,
EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik
· Exposure mode : Modus pencahayaan, pada
umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed
(auto)
· Aperture : Diafragma
· Lens Hood : Tudung lensa
· Aperture priority : Prioritas pengaturan pada
diafragma, kecepatan rana otomatis
· Shutter : Rana
· Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada
kecepatan rana, diafragma otomatis
· Exposure compensation :Kompensasi
pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau
kurang
· Flash Exposure Compensation : Kompensasi
pencahayaan blitzt
· Metering: Pola pengaturan cahaya, biasanya
terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot
· Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan
pada 60% daerah tengah gambar
· Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan
berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu
· Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada
titik tertentu
· View finder : Jendela bidik
· Built in Dioptri: Dilengkapi dengan pengatur
dioptri (lensa+ atau – bagi mereka yang berkacamata)
· Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik
· Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas
untuk dapat mengganti focusing screen
· Focusing screen : Layar focus
· Bracheting : Pengambilan gambar yang sama
menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda
· Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan
maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis
· TTL: Through The Lens, Sistem pengukuran
pencahayaan melalui lensa
· Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari
badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto
yang diinginkan
· Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan
ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata
· Slave unit : (Lampu kilat + mata
listrik/elctric eye); adalah alat abntu yang sanggup menyalakan lampu kilat
bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain
· Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa
melalui kabel
· Multiple exposure : Fasilitas pemotretan
berulang pada fram eyang sama
· Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu
dengan body
· Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan
1 EV
· Red Eye Reduction : fasilitas untuk
mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz
pada malam hari
· PC terminal : Terminal untuk blitz di luar
hot shoe
· Hot shoe : Kaki blitz
· Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar
getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak
· Shiftable program : Pada mode program,
exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV yang sama, misalnya dari
1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11
· Second Curtain Sync : Fasilitas untuk
menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup
· Shutter release : Pelepas rana
· Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera
· Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk
pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan
· Data Imprint : Fasilitas pencetakan data
tanggal pada film
· Reloadable to last frame: fasilitas untuk
mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang
terpakai
· Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi
tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian
yang gelap seperti bayangan
· Intervalometer : Fasilitas epmotretan
otomatis dalam jarak waktu yang tertentu
· Multispot : Pengukuran pencahayaan dari
beberapa titik
· Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula
sebagai penutup film
· Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya
memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa
· Bulk film : Film kapasitas 250 exposure
· Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik
bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya:
· 16-22mm (lensa lebar super)
· 24-35mm (lensa lebar medium
· 6-15mm (lensa mata ikan)
· 16-22mm (lensa lebar super)
· 24-35mm (lensa lebar medium
· 6-15mm (lensa mata ikan)
· Push : Meningkatkan kepekaan film dalam
pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih
· Pull : kebalikan dari Push
· Main light : Cahaya pengisi/tambahan
· Foto wedding : Potraiture berpasangan
(menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari
suasananya
· Foto wedding terbagi 2 yaitu:
· Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual
foto berpasangan yang beraura romantis
· Classic wedding, ialah bentuk foto
berpasangan yang harus menjadi kenangan
· Blouwer : Kipas angin yang digunakan pada
pemotretan model untuk menghasilkan efek angin
· Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa
yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk
tidak bocor
· Golden section : Potongan kencana; Hukum
komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang
adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan
· Komposisi : susunan garis, bidang, nada,
kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu
· Siluet : Teknik pencahayaan untuk menampilkan
bentuk objek tanpa menunjukkan detilnya
· Framing : Pembingkaian objek untuk memberi
kesan mendalam/ dimensi objek foto
· Panning : Teknik pengambilan gambar dengan
kesan gerak (berubahnya latar belakang menjaid garis-garis sementara objek
utama terekam jelas
· Sandwich : Teknik menggabungkan foto
· Cross process : Proses silang, biasanya di
lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan
warna- warna baru pada foto
· Esai foto : (Biar foto yang bicara),
merangkai foto menjadi cerita bertem
· xposure time kalo ga salah sih lamanya waktu
kita ngebuka bukaan ( Biasanya di mode Bulb )
· Sesuai dengan artinya, Interpolasi merupakan
salah satu cara yang dipakai untuk memperbesar ukuran gambar dengan
memultiplikasi pixel ukuran gambar yang diduplikasi menjadi lebih besar.
Biasanya gambar interpolasi bila dilihat dengan teliti akan menurunkan ketajaman
gambar karena bukan hasil asli keluaran dari sensor.
· HSM : Singkatan dari Hypersonic Motor.
Artinya kurang lebih sama dengan USM, auto fokus cepat dan tidak bersuara. Kode
ini akan Anda temukan di lensa merek Sigma.
· AF-S : Sama dengan kode diatas, kode ini akan
Anda temukan di lensa merek Nikon.
· SAM : Sama dengan kode diatas, kode ini akan
Anda temukan di lensa merek Sony.
· AF : Lensa Nikon yang tidak memiliki auto
fokus built-in. Di kamera pemula Nikon seperti D60 dan D5000, tidak bisa mengunakan
lensa ini untuk auto fokus, tapi harus dengan manual fokus.
· VR : Singkatan dari Vibration Reduction,
fungsinya sama dengan Image Stabilization.
· OS : Singkatan dari Optical Stabilization,
fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa
Sigma.
· VC : Singkatan dari Vibration Compensation,
fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa
Tamron.
· DX, DT, DC : Kode lensa yang di optimalkan
untuk kamera sensor krop. Kode ini akan Anda temukan di lensa Nikon, Sony atau
Sigma.
· DG : Kode lensa yang di kompatibel untuk
kamera sensor krop dan full frame. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
· L -> kependekan dari "Luxury",
biasa diplesetkan menjadi "Larang". Lensa-lensa L-series Canon adalah
lensa yang berada di jajaran atas. Dibuat dengan optik-optik pilihan yang
berkualitas, juga memiliki build quality yang baik dan kokoh. Lensa seri ini
ditandai dengan adanya gelang merah di leher bagian depan lensa. L singkatan
dari luxury alias lensa mewah yg kualitasnya tinggi.
· DO -> kependekan dari "Diffractive
Optics". Lensa seri ini bila dibandingkan dengan lensa lain yang memiliki
focal length dan aperture maksimal yang sama biasanya memiliki bentuk yang
lebih kecil dan berat yang lebih ringan. Canon juga meng-claim lensa seri DO
ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi chromatic aberration.
Lensa ini ditandai dengan adanya gelang berwarna hijau di leher lensa bagian
depan. Hingga saat ini Canon baru memproduksi 2 macam lensa dengan diffractive
optics ini.
· EF -> mount lensa Canon sejak tahun 1987,
mount sebelumnya bernama FD. Tambahan -S di belakang adalah kependekan dari
Short Back Focus. Lensa dengan seri ini memiliki 'buritan' yang lebih nongol
sehingga tidak bisa masuk ke body fullframe. Desainnya pun memang dirancang
untuk body non-fullframe (APS-C) sehingga memiliki image circle yang lebih
kecil daripada lensa seri EF biasa. Jika dipaksakan dipasang pada body
fullframe (baik dibantu dengan extension tube atau cara lain), maka akan
menghasilkan foto dengan vignetting yang cukup parah akibat jangkauan image
circle tidak sampai mencakup keseluruhan frame.
· IS -> kependekan dari "Image
Stabilizer". Teknologi peredam getar pada lensa yang memungkinkan lensa
menstabilkan getaran tangan yang bisa menyebabkan foto shaking. Kemampuan IS
biasanya diukur dengan stop rating, di mana semakin tinggi angka ratingnya,
semakin baik kemampuan IS lensa tersebut dalam menstabilkan getaran.
· USM -> kependekan dari "Ultra-sonic
Motor", bisa diplesetkan menjadi "Untuk Semua Momen". Lensa AF
dengan motor ini biasanya memiliki kemampuan autofocus yang lebih cepat dan
senyap sehingga dapat menangkap momen dengan lebih baik dan akurat.
· EF-S : jenis
vatting / pangkon / bajonet / mounting
Tag :
Photography,
Photoraphy Jurnalistik
By : Reyn
Di Dunia
Fotography ada bermacam - macam jenisnya "Genre"
dan saya akan
membahas beberapa..
~
Jurnalistik~
Sebuah uraian
tentang Fotografi Jurnalistik secara lebih detil dikemukakan oleh Frank P. Hoy
dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Universitas
Arizona Amerika Serikat mengupas tentang Karakter Foto Jurnalistik yang telah
diuraikan dalam bukunya berjudul “Photo Jurnalism The Visual Approach” seperti
berikut ini :
.
Foto Jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Communication
Photography). Suatu komunikasi yang dilakukan akanmengekspresikan
pandangan wartawan foto terhadap suatu obyek, tetapi pesan yang disampaikan
bukan merupakan ekspresi pribadi.
.
Mediun Foto Jurnalistik adalah media cetak Koran atau majalah danmedia
kabel atausatelit termasuk internet seperti kantorberita (Wire Services).
.
Kegiatan Foto Jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
.
Foto Jurnalistik adalah paduan antara foto dan feks foto.
.
Foto Jurnalistik mengacu pada manusia, manusia adalah subyek dan
sekaligus sebagai pembaca foto jurnalistik.
.
Foto Jurnalistik adalah komunikasi dengan orang bayak (Mass Audiences),
ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima
orang yang beraneka ragam.
.
Foto Jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
Tujuan Foto
Jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada
sesame, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers
Fungsi jurnalistik :
• menyiarkan informasi
• mendidik
• menghibur
• mempengaruhi
• menyiarkan informasi
• mendidik
• menghibur
• mempengaruhi
Ciri-ciri surat kabar
dan majalah :
• Universalitas
• Aktualitas
• Periodisitas
• Publisitas
• Universalitas
• Aktualitas
• Periodisitas
• Publisitas
Fotografi oleh pers
disebut jurnalistik foto (Journalism Photography), dan foto-foto yang
dihasilkan untuk Pemberitaan disebut foto berita (press foto atau news foto).
Jenis-Jenis Foto Jurnalistik
Spot news photo —foto
yang diambil secara spontan, insidential, tanpa perencanaan, seperti foto
bencana dan kecelakaan
General news photo
–foto kejadian terencana, seperti foto pertandingan olahraga, peresmian,
konser, dll.
Feature Photo –foto yang mendukung
suatu berita atau artikel.
Essay Photo –kumpulan foto yang
dapat “bercerita”.
Singe Picture –foto tunggal yang
melengkapi sebuah artikel/berita.
Photo Story/Photo Esay
–lebih dari satu foto yang “bercerita”, misalnya tentang kehidupan anak
jalanan.
People in The News
Photo–foto tentang orang/tokoh dalam suatu berita, misalnya foto presiden dalam
sebuah acara.
Daily Life Photo –foto
tentang kehidupan sehari-hari yang mengandung ketertarikan manusiawai (human
interest), misalnya foto tukang sol sepatu, foto pengemis renta, dll.
Potrait –foto yang
menampilkan wajah orang secara close up –mirip pasfoto KTP atau foto profile di
Facebook.
Sport Photo –foto peristiwa
olahraga.
Science and Technology
Photo –foto peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
misalnya foto-foto kedokteran, penemuan teknologi baru, dll.
Art and Culture Photo –foto yang dibuat dari pertunjukan seni
dan budaya.
Social and Environment –foto tentang kehidupan masyarakat serta
lingkungan hidupnya, misalnya foto penduduk sekitar TPA Sampah dan kegiatannya.
Jenis Fotografi (Umum)
Landscape –objek
pemandangan.
Macro –objek utama
benda-benda yang kecil, seperti semut, bunga, dll.
Panning –objek utamanya benda bergerak,
seperti pemain yang belari, laju kendaraan, dll.
Night Shot –diambil pada malam hari.
Human Interest –foto
yang menggugah emosi atau menyentuh perasaan, misalnya foto pengemis, kuli
bangunan yang renta, dll.
Still Life –objek
benda-benda di sekitar kita, misalnya buku di meja, gantungan kunci, mainan
anak-anak, dll.
Kode Etik Jurnalistik Foto
Fotografer juga
memiliki kode etik, misalnya etika foto jurnalistik (Photojournalism ethics)
versi jprof.com, antara lain tidak boleh ada rekayasa atau berbohong (Pictures
don’t lie) dan jangan mengubah gambar.
Jurnalis foto juga
harus peka terhadap situasi dan orang-orang yang sedang bersedih, situasi
kematian, mempermalukan seseorang, mencemarkan nama kelompok, seksualitas,
serta merugikan harkat, martabat, derajat, nama baik serta perasaan susila
seseorang.
Secara umum,
jurnalistik foto harus mematuhi kode etik jurnalistik, seperti menghormati hak
masyarakat untuk memperolah informasi yang benar, menempuh tata cara yang etis,
tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta
tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila, tidak menerima suap, dan
tidak menyalahgunakan profesi, serta segera mencabut dan meralat
kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab. (Disusun oleh: Pery
Mesquita)
1. Momen
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam fotografi jurnalistik yaitu momen. Ya, dalam dunia jurnalistik, suatu momen itu tidak bisa diulang kembali. Jadi, jika kita melewatkannya sedetik saja bisa-bisa momen tersebut akan hilang. Berbeda dengan fotografer model yang bisa menciptakan momennya sendiri, bahkan mengutak-atiknya sesuka hati.
Bagaimana caranya supaya momen berhasil kita rekam? Pertama, kita harus fokus, tidak boleh lengah, dan peka terhadap keadaan sekitar. Jika memakai kamera SLR/ DSLR, format kamera dengan shutter speed tinggi dan menggunakan high-continues shoot. Jika menggunakan kamera saku atau kamera ponsel, kembali lagi, kita harus fokus, tidak boleh lengah dan peka terhadap informasi dari keadaan sekitar.
2. Angle
Yang kedua adalah angle atau sudut pengambilan gambar. Jika Sobat telah menemukan momen, coba perhatikan angle-nya. Hal ini sangat penting untuk memberikan persepsi tersendiri. Satu objek yang sama, namun jika dipotret dari beberapa angle berbeda maka akan terlihat beda pula.
Menguasai sudut pengambilan gambar juga tidak rumit. Angle dibagi tiga; High, di mana kita memotret dari sebelah atas objek, Medium, di mana kita memotret sejajar dengan objek, dan Low, di mana kita memotret lebih rendah dari objek. Tidak rumit 'kan?
3. Komposisi
Setelah itu ada "komposisi" yang berperan untuk "merapikan" gambar. Jika sebuah objek dipotret tapi komposisinya berantakan, kita akan sulit mengerti apa tujuan si fotografer memotret objek tersebut.
Biasanya, fotografer profesional menggunakan "aturan ketiga" atau bahasa populernya adalah rule of third. Rule of third adalah saat di mana kita ingin memotret, bayangkan foto itu dibagi oleh garis menjadi 9 kotak berbeda namun dalam satu kotak besar. Biasanya, objek ditempatkan di titik titik-titik temu antar garis. Memang sedikit rumit, namun foto kita akan terlihat lebih menarik dan tidak flat.
4. Pencahayaan
Yang terakhir adalah lighting atau pencahayaan. Fotografi memang seni menangkap cahaya. Jika kita sudah menemukan momen, menentukan angle terbaik, dan sudah mengukur komposisi, tapi kalau pencahayaannya kurang tentu foto yang dihasilkan akan berwarna hitam semua. Demikian sebaliknya, jika pencahayaannya berlebihan, hasil fotonya justru hanya akan berwarna putih semua. Jadi, kita harus pandai menyiasati pencahayaan.
Segitiga pencahayaan (exposure) juga harus diperhatikan, yaitu Kecepatan Rana (Shutter speed), Bukaan Diafragma (Aperture) dan ISO. Pemakai SLR/DSLR mungkin bisa dengan mudah mengatur exposure di kameranya. Ditambah dengan adanya lampu flash internal yang ada di kamera, maupun membeli flash eksternal yang tentu dengan biaya tambahan yang lebih mahal.
Untuk pengguna kamera saku, justru lebih dimudahkan dengan tidak adanya hal-hal di atas, karena semua hal teknis tentang pencahayaan sudah otomatis diatur oleh kamera. Pengguna ponsel juga sekarang dimudahkan dengan ditambahkannya fitur lampu flash untuk beberapa tipe ponsel tertentu. Tentu kita tidak perlu bersusah payah lagi untuk memotret jurnalistik.
Keempat komponen itu memang harus diperhatikan. Akan tetapi, jika kita tidak dapat mengambil keempatnya sekaligus, disarankan mengambil "safe shot" untuk mengambil momen terlebih dahulu agar aman. Setelah mendapatkan safe shot, baru kemudian mengambil "better shot" yaitu foto yang lebih baik dari safe shot. Bukan berarti safe shot merupakan foto yang kurang baik atau asal-asalan. Safe shot tetap foto yang bagus dan dapat digunakan sebagai cadangan jika kita tidak bisa mendapatkan better shot .
Sekian tips memotret jurnalistik ala Redaktur Foto ROL Mohammad Amin Madani. Semoga bermanfaat untuk Sobat sekalian yang ingin menjadi jurnalis foto atau yang ingin menjadi citizens journalist.
Tag :
Photography,